Friday, February 24, 2023

Muhammad bin Abdul Wahhab: Tak ada yang paham makna Islam dan Tauhid sebelumku




Dimuat dalam kitab ad-Durar as-Saniyah fi al-Ajwibah an-Najdiyah bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab pernah membuat pernyataan super gila di mana sebelum dirinya tidak seorangpun yang mampu mengenal Islam dan tauhid:

وأنا أخبركم عن نفسي، والله الذي لا إله إلا هو، لقد طلبت العلم، واعتقد من عرفني أن لي معرفة، وأنا ذلك الوقت، لا أعرف معنى لا إله إلا الله، ولا أعرف دين الإسلام، قبل هذا الخير الذي من الله به، وكذلك مشايخي، ما منهم رجل عرف ذلك

فمن زعم من العلماء العارض: أنه عرف معنى لا إله إلا الله، أو عرف معنى الإسلام قبل هذا الوقت، أو زعم من مشايخه، أن أحدا عرف ذلك، فقد كذب وافترى، ولبس على الناس، ومدح نفسه بما ليس فيه
"Aku memberitahu kalian tentang diriku. Demi Allah yang tidak ada tuhan selain-Nya, aku telah menuntut ilmu dan orang yang mengenalku percaya bahwa aku memiliki pengetahuan, padahal pada saat itu, sebelum kebaikan yang dianugerahkan Allah kepadaku ini, aku belum memahami makna "La ilaha illa Allah" dan tidak pula agama Allah. Begitu juga dengan para guru-guruku, tidak seorangpun dari mereka yang mengetahuinya.

Barangsiapa di antara ulama al-Aridh yang mengira bahwa ia memahami makna "La ilaha illa Allah" atau mengenal makna Islam sebelum ini, atau ada di antara guru-gurunya yang mengira bahwa ada seseorang yang mengetahuinya, maka ia telah berdusta, mengada-ada, membuat kesamaran di tengah umat dan telah memuji dirinya dengan sesuatu yang tidak ada padanya."[1]

Catatan ini mengungkap satu fakta bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab dari awal telah memiliki keyakinan bahwa dia orang pertama yang mampu mengenal Islam dan tauhid.

Sebelumnya, baik guru-gurunya maupun selain mereka tidak seorangpun yang ia anggap mampu mengenali hal tersebut. Mengaku memahami tauhid atau meyakini ada orang sebelum Muhammad bin Abdul Wahhab yang dapat memahaminya, berarti menciptakan kebohongan, mengada-ada dan berlebihan dalam memuji dirinya sendiri.

Konsekuensi dari pernyataan ini, tentunya sama saja dengan mengkafirkan serta menganggap musyrik semua orang sebelum Muhammad bin Abdul Wahhab. Sebab sebelum kemunculannya, semua orang salah dalam mempersepsikan Islam dan tauhid.

Sumber:

[1] Rujukan Wahabi: Ad-Durar as-Saniyah fi al-Ajwibah an-Najdiyah, karya: Muhammad bin Abdul Wahhab, dikumpulkan oleh: Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim an-Najdi, juz 10, hal. 51.

Thursday, February 23, 2023

kaedah nasakh

 

kaedah usul:


 أَنَّ النَّسْخَ لَا يَثْبُتُ بِالِاحْتِمَالِ 

Sesungguhnya nasakh tidak sabit dengan kewujudan ihtimal"


- Fath al-Bari, Ibn Hajar al-Asqalani, jld.2,hlm.410.

Sunday, February 19, 2023

SYIAH MEMBUNUH AHLUL BAIT SUNGGUH PENGKHIANATAN YANG KEJI DAN SYIAH TIDAK DIANGGAP SEBAGAI UMAT NABI




Dalam kitab kitab syiah telah jelas terang bahwa tangisan dan kecintaan syiah terhadap ahlul bait adalah dusta karena merekalah sebenarnya yang membunuh ahlul bait hasan husain ini pengakuan cucu cucunya Ali bin Abi Tholib radhiyallahuanhu.

Ali bin Al-Husain berkata :

“Bukankah kalian mengetahui bahwa kalian menulis kepada ayahku, tetapi kalian memperdaya beliau serta memberi janji dan persetujuan dari diri-diri kalian, kemudian kalian memerangi dan menelantarkan beliau. Dengan mata apa kalian memandang kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi ketika beliau berkata, ‘Kalian telah membunuh keluargaku dan melanggar kehormatanku. Kalian bukanlah bagian dari umatku.” 

[Al-Ihtijâj 2/28]

Zainul Abidin rahimahullah berkata :

“Sesungguhnya mereka menangisi kami, tetapi siapa yang membunuh kami kalau bukan mereka?” 

[Al-Ihtijâj 2/25]

KRONOLOGI SABDA NABI صلى الله عليه وسلممن كنت مولاه فعلي مولاه

KRONOLOGI SABDA NABI صلى الله عليه وسلم
من كنت مولاه فعلي مولاه 
من كنت وليه فهذا وليه 
وهو وليكم بعدي وانه مني وانا منه وهو وليكم بعدي 
YANG MASUK DALAM PERISTIWA GHODIR KHUM ADALAH PENGANGKATAN ALI SEBAGI AMIR PASUKAN BERSAMA SAHABAT LAINNYA DIANTARANYA KHOLID BIN WALID KE YAMAN

Kronologi sabda beliau tersebut adalah mengangkat Ali sebagai amir pasukan bukan kholifah seperti dugaan tolol syiah dan agar para pasukan yang dipimpin oleh Ali semua setia wala mencintai Ali dan tidak bangkang.

JAFAR ASH-SHODIQ رضي الله عنه SANGAT MEMBENCI SYIAH KARENA MENGHINA KAKEKNYA YAITU ABU BAKAR DAN SYIAH KAUM YANG BODOH



Imam Adz-Dzahabi menuturkan dalam menjelaskan biografi Jafar Ash-Shodiq tentang berlepasnya beliau dari syiah dengan mengatakan syiah adalah kaum yang bodoh, beliau berkata :

وَكَانَ يَغضَبُ مِنَ الرَّافِضَّةِ ، وَيَمقُتُهُم إِذَا عَلِمَ أَنَّهُم يَتَعَرَّضُوْنَ لِجَدِّهِ أَبِي بَكْرٍ ظَاهِراً وَبَاطِناً ، هَذَا لاَ رَيْبَ فِيْهِ ، وَلَكِنَّ الرَّافِضَّةَ قَوْمٌ جَهَلَةٌ ، قَدْ هَوَى بِهِمُ الهَوَى فِي الهَاوِيَةِ ، فَبُعداً لَهُم .

"Ja'far Ash-Shodiq murka kepada syiah dan membenci mereka ketika mengetahui sesungguhnya mereka menentang kakeknya Abu Bakar secara lahir batin ini tidak ragu lagi, syiah adalah kaum yang bodoh, hawa nafsu membinasakan mereka di dalam jurang yang dalam bahkan lebih jauh lagi."

[Siyar A'lamin Nubala 6/255]

JA'FAR ASH-SHODIQ رضي الله عنه BERLEPAS DIRI SYIAH KARENA MENCELA ABU BAKAR DAN UMAR رضي الله عنهما




Apa menyebab Imam Jafar Ash-Shodiq berlepas dari syiah ? Penyebabnya adalah beliau tidak ridho jika Abu Bakar dan Umar dihina 

Imam As-Suyuthi rahimahullah berkata :

قال جعفر الصادق : انا بريء ممن ذكر ابا بكر وعمر الا بخير 

"Ja'far Ash-Shodiq berkata : "Saya berlepas diri dari orang yang menyebut keburukan Abu Bakar dan Umar kecuali dengan kebaikan."

[Tarikhul Khulafa hal.224]

Maksudnya beliau berlepas diri dari orang orang yang menghina dan mencela Abu Bakar dan Umar رضي الله عنهما

Saturday, February 18, 2023

AHLI BAIT TOLAK KONSEP IMAMAH SYIAH

AHLUL BAIT MENGINGKARI SYIAH TENTANG PEMIMPIN HARUS ESTAFET TURUN TEMURUN DARI NABI 
Ini adalah salah satu contoh berlepasnya ahlul bait terhadap agama syiah, syiah mengklaim kholifah turun temurun dari ahlul bait tetapi ahlul bait menolak anggapan syiah yang sesat tersebut, kecuali jika sistem kerajaan bukan sistem kekholifahan 
Imam Ibnu Sa’d rahimahullah berkata :
أخبرنا شبابة بن سوار قال أخبرنا فضيل بن مرزوق قال سألت عمر بن علي وحسين بن علي عمي جعفر قلت هل فيكم أهل البيت إنسان مفترضة طاعته تعرفون له ذلك ومن لم يعرف له ذلك فمات مات ميتة جاهلية فقالا لا والله ما هذا فينا من قال هذا فينا فهو كذاب قال فقلت لعمر بن علي رحمك الله إن هذه منزلة تزعمون أنها كانت لعلي إن النبي صلى الله عليه و سلم أوصى إليه ثم كانت للحسن إن عليا أوصى إليه ثم كانت للحسين إن الحسن أوصى إليه ثم كانت لعلي بن الحسين إن الحسين أوصى إليه ثم كانت لمحمد بن علي إن عليا أوصى إليه فقال والله لمات أبي فما أوصى بحرفين قاتلهم الله والله إن هؤلاء إلا متأكلون بنا هذا خنيس الخرؤ ما خنيس الخرؤ قال قلت المعلى بن خنيس قال نعم المعلى بن خنيس والله لفكرت على فراشي طويلا أتعجب من قوم لبس الله عقولهم حين أضلهم المعلى بن خنيس
"Telah menceritakan kepada kami Syabaabah bin Sawwaar, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Fudlail bin Marzuuq, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Umar bin ‘Ali dan Husain bin ‘Ali, paman Ja’far. Aku berkata : “Apakah ada pada kalian Ahlul-Bait, seseorang yang wajib ditaati, yang kalian akui/ketahui hal itu (kewajiban ditaati) ada padanya. Dan barangsiapa yang tidak mengetahui/mengakui kewajiban taat kepada orang tersebut, jika ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyyah ?”. Mereka berdua berkata : “Tidak, demi Allah. Hal ini tidak ada pada kami. Barangsiapa yang mengatakan hal ini ada pada kami, maka ia adalah pendusta”. Fudlail bin Marzuuq berkata : Aku bertanya kepada ‘Umar bin ‘Ali : “Semoga Allah merahmatimu. (Dan dikatakan juga), sesungguhnya kedudukan ini (yaitu imamah), kalian katakan hal itu untuk ‘Ali, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke Al-Hasan karena ‘Ali telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke Al-Husain, karena Al-Hasan telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke ‘Ali bin Al-Husain, karena Al-Husain telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke Muhammad bin ‘Ali, karena ‘Aliy (bin Al-Husain) telah berwasiat kepadanya”. Maka ia (‘Umar bin ‘Ali) berkata : “Demi Allah, sungguh ayahku meninggal tanpa berwasiat apapun. Semoga Allah memerangi mereka. Demi Allah, sesungguhnya mereka (yang mengatakan hal itu) hanyalah menjadi beban/menyusahkan kami saja. Ini adalah perbuatan Khunais Al-Kharu’. Tahukah engkau Khunais Al-Kharru’ ?”. Fudlail berkata : Aku menjawab : “Al-‘Mu’allaa bin Khunais”. Ia (‘Umar bin ‘Ali) berkata : “Benar, Al-Mu’allaa bin Khunais. Demi Allah, sungguh aku telah menghabiskan waktu lama di atas tempat tidurku memikirkan satu kaum yang Allah kacaukan akal-akal mereka, yaitu ketika Al-Mu’allaa bin Khunais menyesatkan mereka.” 
[Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat, 5/249].

SYIAH SABOTAJ ALI

براءة اهل البيت من الرافضة
Bag. 7

SYIAH MENGKHIANATI ALI BIN ABI THOLIB 

Ahlul bait sudah banyak dirugikan dan dikhianati oleh syiah yang ngaku wala kepada ahlul bait maka Ali dan semua keluarganya berlepas diri dari syiah oon 

Mereka (syiah) juga menyebutkan ucapan Ali bin Abi Thalib terhadap kaum Syi’ah tatkala mereka berkhianat terhadap beliau. 

Ali bin Abi Tholib radhiyallâhu‘anhû berkata kepada kaum Syi’ah koplak : 

“Wahai orang-orang yang mirip lelaki, tetapi bukan lelaki, orang-orang yang berakal anak-anak kecil, dan akal-akal para perempuan bergelang kaki, Aku sangatlah berharap agar tidak melihat kalian dan tidak mengenal kalian dengan pengenalan bergetir penyesalan, demi Allah, dan bertabrak celaan. Semoga Allah memerangi kalian. Sungguh kalian telah memenuhi hatiku dengan nanah, mengumpat dadaku dengan kemarahan, menegukkan tegukan kebusukan yang menyesakkan nafas-nafas kami, dan kalian telah merusak ideku dengan penentangan dan penggembosan sehingga orang-orang Quraisy berkata, ‘Sesungguhnya Ibnu Abi Thalib adalah seorang pemberani, tetapi tidak berilmu tentang peperangan dan tidak memiliki pendapat terhadap orang yang tidak ditaati.’.” 

[Nahj Al-Balâghah hal.87]

SAIDINA ALI TOLAK SYIAH

براءة اهل البيت من الرافضة
Bag. 6 

ALI BIN ABI THOLIB رضي الله عنه BERLEPAS DIRI DARI SYIAHNYA YANG MURTAD 

Ini fakta bahwa dalam kitab kitabnya syiah yang terkenal hoax dan agen hadits palsupun telah menjelaskan bahwa ahlul bait berlepas diri agama syiah yang mutad

Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib radhiyallâhu‘anhû berkata :

 “Andaikata aku membedakan Syi’ahku, tidaklah Aku akan mendapati mereka, kecuali sifat yang jelas. Andaikata menguji mereka, tidaklah Aku mendapati mereka, kecuali bahwa mereka telah murtad. Andaikata menyaring mereka di antara seribu orang, tidak akan ada seorang pun yang selamat, karena mereka terlalu lama leye leye mereka berkata : kami adalah syiahnya Ali, padahal seharusnya syiahnya mengikuti qoul dan amalan beliau.” 

[Raudhah Al-Kâfy 8/228]

IBN TAIMIYAH PUJI ASYA'IRAH

Tuesday, February 14, 2023

HADIS IKUT KHULAFA AL-RASYIDIN

Contoh perbahasan ilal hadis.

Hadis ini:

عن العرباض بن سارية رضي الله عنه، قال: وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم موعظة وجلت منها القلوب، وذرفت منها العيون، فقلنا يا رسول الله؛ كأنها موعظة مودع، فأوصِنا، قال: «أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة، وإن تأمر عليكم عبد، وإنه من يعش منكم فسيرى اختلافاً كثيراً؛ فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين، عضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل بدعة ضلالة».

Rasulullah memberi pesanan yang sehingga gementar hati dan bergenang air mata. Sahabat kata, cara baginda nabi pesanan macam pesanan terakhir. Sahabat minta Nabi bagi pesanan. Nabi pun kata: 'Aku berwasiat supaya taqwa kepada Allah, dengar dan taat, walaupun yang bagi arahan itu seseorang hamba. Kalau kamu umur panjang, kamu akan lihat perbezaan ketara. Maka hendaklah kamu berpegang dengan sunnah aku dan sunnah khulafa Rashidin mahdiyin. Gigit dengan gigi geraham. Hindari perkara baru, kerana setiap bid'ah adalah sesat".

Hadis ini ada dalam Tarmizi, Abu Daud, Ibn Majah, hakim dalam mustadrak dan Ahmad.

Ia dinilai saheh. 

Namun, ada pengkaji hadis menolak hadis ini dengan alasan, hadis ini ada kecacatan yang tersembunyi (ilal):

Pertama : 
Hadis ini bermuara dari seorang sahabat sahaja, iaitu irbad bin Sariyah. 

Persoalannya, dalam hadis ini dinyatakan bahawa Nabi sampaikan pesanan itu di hadapan sahabat yang ramai, tetapi kenapa hanya seorang sahaja yang riwayatkan?

Kedua:
Dalam hadis ini, dipesan agar ikut sunnah Nabi dan sunnah khilafah rashidah. 

Persoalannya, kenapa tidak disertakan juga pesanan agar ikut al-Quran. Ini kerana,

A. Bukankah al-Quran adalah perkara induk yang perlu diikut? Sedangkan, sunnah Nabi sebagai menjelaskan al-Quran sahaja.

B. Bukankah dalam banyak hadis, pasti akan dinyatakan suruhan ikut al-Quran terlebih dahulu, seperti dalam hadis muslim - riwayat Jabir bahawa Nabi saw kata: "sebaik-baik perkataan adalah kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad", dan hadis daripada Ibn Mas'ud dalam riwayat al-Bukhari dalam matan yang hampir sama. Juga hadis lain yang nabi kata: aku tinggalkan kamu perkara yang kamu pegang dengan kuat, kamu tidak akan sesat - kitabullah...."

Ketiga:
Dinyatakan ikut khalifah yang rashidah.

Persoalannya, 
A.siapakah yang dimaksudkan dengan khalifah rashidah itu? Tidak dinyatakan dalam hadis secara jelas. Adapun merujuk kepada 4 orang, itu tafsiran bukan dari sumber Nas yang jelas.

B. Sumber agama adalah wahyu. Yang dapat wahyu hanya nabi. Sedangkan, selain dari Nabi, itu bukan bersumberkan wahyu. Ia tidak lebih sekadar ijtihad yang kemungkinan benar dan salah. Bukankah, dengan menganggap khalifah sebagai rujukan, menjadikan sumber islam sudah datang dari bukan wahyu? 

C. Pandangan selain wahyu, kemungkinan benar dan kemungkinan salah. Jika disuruh ikut kepada khalifah, itu membuka ruang untuk ikut dari sesuatu yang salah?

Keempat:
Dalam hadis ini, dinyatakan pesanan agar taqwa kepada Allah, dengar dan taat.

Persoalannya, pesanan dengar dan taat, tanpa disertai dengan tujuan Makruf dan baik, bukankah akan membuka ruangan untuk dimanipulasi oleh pemimpin zalim untuk terus melakukan kezaliman dengan alasan hadis ini? 

Sepertimana yang kita tahu, kezaliman adalah perkara yang diharamkan dalam Islam.

Kelima:
Dalam hadis ini dinyatakan taat itu perlu, walaupun kepada hamba.

Persoalannya, bagaimana nak ikut hamba, sedangkan sifat bagi hamba adalah dia mengikut tuannya. 

Kita ketahui bahawa nabi saw berusaha hapuskan perhambaan, kerana perhambaan adalah lambang kasta manusia. Islam mengajar, semua manusia adalah sama.

Jadi, adakah masuk akal bahawa nabi yang punyai akhlak tinggi dan melawan perhambaan boleh menggunakan perkataan yang membuka ruang kekastaan?

Dengan sebab itu, Dr Sa'id Hawa dan Dr Abdul 'Aid al-Ru'ud -pensyarah kuliah syariah di Universiti Mu'tah- mendakwa bahawa hadis ini adalah palsu dengan sengaja disandarkan kepada Sahabat bernama irbad - direka oleh orang di era khalifah umawi yang tidak bertanggungjawab agar taat kepada pemerintahan umawi.

Tuesday, February 7, 2023

SAHABAT BUKAN SUMBER HUKUM



Sahabat bukan merupakan hujjah, kerana sumber hujjah hanya dari sumber yang ma’sum, iaitu al-Quran dan al-Sunnah. al-Imam al-Syaukani menyatakan;

والحق أنه ليس بحجة , فإن الله سبحانه لم يبعث إلى هذه الأمة إلا نبينا محمد – صلي الله عليه و سلم - , وليس لنا إلا رسول واحد , كتاب واحد , وجميع الأمة مأمورة بإتباع كتابه و سنة نبيه
 “Yang sebenarnya, Sesungguhnya ia bukan Hujah. Ini kerana, Allah SWT tidak melantik kepada umat ini kecuali Nabi kita, Muhammad saw. Tidak ada bagi kita kecuali Rasul yang satu, kitab yang satu. Seluruh umat disuruh mengikuti kitabNya dan sunnah NabiNya” (al-Syaukani al-Yamani, Irsyad al-Fuhul Ila Tahqiq al-Haq min Ilm al-Usul, jld 2, hlmn 188)

 Namun begitu, sahabat dijadikan sebagai rujukan pada perkara yang tiada nas dalam keadaan ia tidak menyalahi al-Quran dan al-Sunnah secara pasti.

 Al-Imam al-Syafie pernah menyatakan;

نصير منها (أي من أقاويل الصحابة) إلى ما وافق الكتاب و السنة أو الإجماع أو كان أصح في القياس
 “Kami jadikan daripadanya (iaitu dari perkataan-perkataan Sahabat) kepada perkara yang selaras dengan al-Kitab, al-Sunnah, Ijmak atau perkara yang saheh pada al-Qiyas” (al-Syafie, al-Risalah, hlmn 596)

 Imam Abu Hanifah juga berkata;

إن لم أجد في كتاب الله , ولا سنة رسوله – صلى الله عليه و سلم – أخذت بقول أصحابه, أخذت بقول من شئت منهم , وأدع من شئت منهم
 “Jika aku tidak dapati dalam Kitab Allah dan dalam Sunnah RasulNya, aku akan ambil perkataan sahabat. Aku akan ambil dengan perkataan sebilangan mereka yang aku mahu, dan aku meninggalkan perkataan sebilangan mereka yang aku mahu” (al-Muzi, Tahzib al-Kamal Fi Asma’ al-Rijal, jld 29, hlmn 443)


 Al-Zuhaili juga menyatakan;

أرجح ألا يكون مذهب الصحابي دليلا شرعيا مستقلا فيما هو مقول بالإجتهاد المحض : لأن المجتهد يجوز عليه الخطاء , ولم يثبت أن الصحابة ألزموا غيرهم بأقوالهم , ومرتبة الصحبة وإن كانت شرفا كبيرا لا تجعل صاحبها معصوما عن الخطاء
 Maksudnya;
 “Aku mengutamakan bahawa tidaklah mazhab sahabat itu sebagai dalil syarak secara menyendiri pada perkara ia dalam kerangka ijtihad semata-mata. Ini kerana, mujtahid itu harus melakukan kesilapan. Juga, tidak tetap bahawa sahabat itu memestikan selain dari mereka dengan perkataan-perkataan mereka. martabat sahabat, walaupun ia kemuliaan yang besar, tidak menjadikan dirinya ma’sum atau terkawal dari kesalahan” (al-Zuhaili, Usul al-Fiqh al-Islami, jld 2, hlmn 886)

 Ibn Taimiah pula berkata;

وبكل حال فهم أعلم الأمة بحديث الرسول و سيرته و مقاصده و أحواله

 Maksudnya;
 “Dalam setiap keadaan, mereka adalah umat yang paling mengetahui tentang hadis al-Rasul, perjalanan hidup, tujuan dan keadaan baginda SAW” (Ibn Taimiyyah, Majmuk al-Fatawa, jld 4, hlmn 95)

 Memandangkan sahabat adalah mereka yang paling mengetahui tentang Rasul disamping mereka berada di era penurunan wahyu, maka tidak hairan mereka merupakan sumber rujukan dalam mengetahui maqasid terhadap sesuatu ayat al-Quran atau Hadis Nabi Muhammad saw. 

 Contoh dalam perkara ini seperti tindakan Umar bin al-Khattab yang melarang perkahwinan muslim terhadap perempuan ahli Kitab dalam keadaan beliau mengetahui keizinan bersumberkan nas al-Quran tentang sahnya nikah tersebut. larangan itu berfaktorkan dengan dua factor besar, iaitu kebimbangan anak-anak yang dilahirkan lebih mudah dipengaruhi oleh ibunya yang tidak beragama Islam, dan kebimbangan perempuan muslimat sukar untuk mendapat suami ekoran para lelaki lebih memilih perempuan ahli Kitab untuk dijadikan isteri. Ini bersandarkan kepada apa yang pernah diungkapkan oleh Umar bin al-Khattab terhadap Huzaifah bin al-Yaman dengan kata beliau;

إني أخشى أن تدعوا المسلمات وتنكحوا المومسات

Maksudnya;
 “Aku bimbang bahawa kamu semua tinggalkan perempuan muslimat dan kamu nikahi perempuan pelacur-pelacur” (al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, Bab menceritakan tentang pengharaman mengahwini perempuan merdeka dari kalangan Ahli Kitab dan pengharaman perempuan mukminat terhadap orang kafir, jld 7, hlmn 280, hadis no : 13984) 

Sunday, February 5, 2023

DEOBANDI TOLAK TASYBIH TUHAN DENGAN MAKHLUK.

 

Maulana Khandhalawi kemukakan dua pendapat berkenaan turun tuhan dari langit;

(a)    Tarwidh

(b)   Ta’wil.

 

Kedua-dua pendekatan ini membawa kepada maksud “tidak boleh samakan tuhan dengan makhluk”

فهم علماء التبليغ للنُصوص المتشابهة:

 

"حديث النزول" أنموذجاً

جاء في رواية الإمام مالك في الموطأ ما نصه : "عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله ﷺ قال : "ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر يقول: من يدعوني فأستجيب له؟ من يسألني فأعطيه؟ من يستغفرني فأغفر له" .

 

قال محدث الهند العلامة الشيخ محمد زكريا الكاندهلوي الحنفي الماتريدي (المتوفى سنة ١٤٠٢هـ) في كتابه العظيم (أوجز المسالك إلى مُوطَّأ مالك) قال في شرح "حديث النزول" ما نصه :

"قال البيضاوي : لما ثبت بالقواطع أنه سبحانه وتقدس منزَّه عن الجِسمية والتحيز امتنع عليه النزول على معنى الانتقال من موضع إلى موضع أخفض منه. فالعلماء على قسمين :

الأول: المُفوضة، قال الزرقاني: فالراسخون في العلم يقولون آمنا به كل من عند ربنا على طريق الإجمال منزهين لله عن الكيفية والتشبيه، ونقله البيهقي وغيره عن الأئمة الأربعة والسفيانين [سفيان الثوري وسفيان بن عيينة] والحمادين [حماد بن سلمة وحماد بن زيد] والليث [بن سعد] والأوزاعي وغيرهم،...

الثاني: المؤولة، واختلفوا في تأويله على أنحاء منها قال ابن العربي: إن النزول راجع إلى أفعاله لا إلى ذاته بل ذلك عبارة عن نزول مَلَكِه الذي يَنزل بأمره ونهيِه"



 

Saturday, February 4, 2023

RIWAYAT PALSU BERKENAAN ISRA MIKRAJ

cerita semasa isra' mikraj bahawa Nabi nak bertolak naik buraq, nabi nampak ada orang perempuan yang teramat tua. Nabi saw tanya Jibril, jibril jawab kemudiannya bahawa itu adalah dunia yang tersangat tua.

kisah ini, tidak disokong dengan riwayat yang sahih, bahkan terdapat perawi yang majhul bernama Abdul Rahman bin Hashim.

Ibn kathir kata, kisah ini  terdapat lafaznya yang mungkar.

MAZHAB HANAFI DI SISI SYAWKANI DIRAGUI

Anwar Shah Kasymiri kata, sebarang statement al-Syawkani berkenaan Mazhab Hanafi tidak boleh dipegang.

«أقول بعد التجرِبة: إنّ مذهب الحنفية ليس محقَّقًا عند الشوكاني، فلا أعتبر به ولا أعتمد عليه في نقل مذهبنا».

العلامة الكشميري، "الفيض" (٢:٨١).

Friday, February 3, 2023

HUKUM HUDUD DAN QISAS SUDAH ADA SEBELUM ZAMAN NABI MUHAMMAD

HUKUM HUDUD DAN QISAS SUDAH ADA SEBELUM ZAMAN NABI MUHAMMAD

Hukum hudud seperti potong tangan, dan hukuman qisas, seperti bunuh balas dan sebagainya adalah undang-undang yang sudah ada dalam syariah sebelum Nabi Muhammad saw.

Dalil-dalilnya adalah seperti berikut;

a. Surah al-Maidah, ayat 45

وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.”

Ayat ini menyatakan bahawa Allah telah mewajibkan hukuman qisas dalam kitab taurat.

b. Surah al-Kahfi ayat 74

فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ
“Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain?”

Membunuh adalah salah dari sudut syariah Nabi Musa. Tiba-tiba, Khidir membunuh. Memandangkan tindakan Khidir itu menyalahi syariah, maka ia dibantah oleh Nabi Musa. Cara Nabi Musa bantah itu pula, dengan menyatakan أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ – patutkah dibunuh orang yang tidak bersalah, tanpa dia melakukan pembunuhan terhadap orang lain. Secara isyarat difahami bahawa amalan hukuman Qisas itu sudah ada dalam syariah Nabi Musa.

c. Hadis - daripada Aisyah bercerita bahawa ada seorang perempuan dari etnik Makhzumiyyah mencuri. Masyarakat Quraish berfikir untuk menyelamatkan dia dari dikenakan hukuman. Lalu mereka bercakap: “siapakah yang boleh memberitahu hal ini kepada Nabi saw?”

Lalu mereka dapati, Nabi saw amat sayang kepada seorang sahabat bernama Usamah bin Zaid. Mereka pun memberitahu kepada Usamah agar memujuk Nabi untuk tidak menjatuhkan hukuman kepada wanita makhzumiyyah tersebut. Apabila Usamah memaklumkan hal itu kepada Nabi, baginda saw terus berkata: “apakah kamu nak memberi bantuan untuk melepaskan bagi kesalahan hudud?”

Kemudian Nabi berdiri dan berkhutbah. Kemudian baginda berkata:
 إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ، أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الحَدَّ، وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
“Telah membinasakan orang yang sebelum kamu, kerana apabila mencuri orang mulia dalam kalangan mereka, ia dilepaskan. Apabila orang lemah dalam kalangan mereka mencuri, dia dikenakan hukuman hudud. Demi Allah, andai Fatimah binti Muhammad mencuri, pasti aku akan potong tanganya” (Al-Bukhari, بَابُ حَدِيثِ الغَارِ , hadis no : 3475)

Dalam matan hadis, Nabi saw ada menyatakan bahawa kalangan orang sebelum zaman Nabi yang “double standard” dalam perlaksanaan hukum hudud, iaitu dikenakan kepada rakyat bawahan, sedangkan orang-orang besar terlepas.

Wallahu ‘Alam.

PERKATAAN BALDAH DALAM QURAN

kita biasa dengar orang berkata bahawa pembentukan negara yang baik, negara yang tidak rasuah, negara yang melaksanakan undang-undang Islam, mereka sandarkan kepada firman Allah:

بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
“(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun ”

sebenarnya, kalimah baldah بلدة tidak tepat dirujuk kepada negara atau negeri. Ia lebih merujuk kepada kawasan yang ada tanah, sama ada ia subur atau tidak subur.

Dalilnya:

a. Cuba perhatikan pada firman Allah:

لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا
“agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak”

dalam ayat ini merujuk kepada kawasan atau penempatan yang tanahnya asalnya mati, kemudian dihidupkan balik oleh Allah.

b. Cuba perhatikan pada firman Allah:

وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ
“Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur) .”

Dengan sebab itu, negara yang baik dengan tidak rasuah, akauntabiliti dan sebagainya; tidak tepat dijadikan sandaran dengan merujuk kepada ayat ini. 

Ayat ini sebenarnya merujuk kepada kawasan penempatan yang tanahnya subur dan boleh menghasilkan tumbuhan dan tanaman.

Untuk jelas lagi maksudnya, cuba perhatikan ayat ini secara penuh:

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun ”

Wallahu 'Alam.

IBN TAIMIYYAH DAHULUKAN QATIE DAN ZANNI

  IBN TAIMIYYAH DAHULUKAN QATIE DAN ZANNI   وَالْحَقُّ كَمَا قَالَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ ابْنُ تَيْمِيَةَ:   إِنَّ كُلًّا مِنَ الدَّلِيل...